KINETIKA ADSORPSI

Nama   : Jobin Armando Hutapea

Nim      : F1C121057

Adsorpsi adalah proses perpindahan fasa yang banyak digunakan untuk menyisihkan suatu komponen dari fase fluida gas atau aliran. Adsorpsi dapat juga didefinisikan sebagai akumulasi atau adhesi molekul fase gas atau cair pada permukaan material padat. Pengertian umum adsorpsi adalah proses pengayaan spesies kimia dari fase fluida pada permukaan padatan. Pada pengolahan air, adsorpsi merupakan proses penyisihan zat terlarut tunggal maupun dalam jumlah banyak. Adsorpsi berbeda-beda dengan absorpsi pada adsorpsi molekul hanya melalui pada permukaan saja sedangkan pada absorpsi terjadi pelarutan absorbat ke dalam medium absorben karena itu pada adsorpsi tidak berlaku persamaan Henry. Pada proses adsorpsi terdapat dua zat yang berinteraksi yaitu adsorbat dan adsorben. Adsorbat adalah zat yang diabsorpsi sedangkan adsorben adalah zat yang mengabsorpsi yaitu fase padat yang berperan sebagai lokasi berpindahnya zat terlarut dari larutan. Pada adsorpsi, proses permukaan suatu material dengan luas permukaan merupakan parameter utama adsorben sebagai contoh permukaan luar arang aktif bentuk bubuk (Setianingsih, 2018).

Karbon aktif merupakan bahan yang mengadung karbon dan merupakan padatan berpori.Bahan ini merupakan hasil pemanasan bahan mengandung karbon pada suhu tinggi tetapi tidak teroksidasi. Karbon aktif memiliki kemampuansebagai zat pnyerap atau adsorben dengan adanya pori dan luas permukaan sebagaitempat menangkap partikel. Karbon aktif dibuat dari berbagai bahan mengandungkarbon dengan proses pirolisis. Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan tidak terjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandungkarbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (Gultom dan Turmuzi., 2014).

Kinetika adsorpsi merupakan salah satu aspek yang sering diteliti untuk mengevaluasi karakteristik dari adsorben yang dipakai terutama dalam rehabilitasi lingkungan. Ada banyak molekul genetika adsorpsi yang telah dikembangkan untuk dapat digunakan sebagai sarana memprediksi laju absorpsi suatu atmos pada adsorben tertentu. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan[1]bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Kondisi pH yang semakin tinggi menyebabkan penurunan kapasitas adsorpsi. Waktu interaksi yang cukup diperlukan orang aktif agar dapat mengadsorpsi logam secara optimal. Semakin lama waktu interaksi maka semakin banyak logam yang terasopsi karena semakin banyak kesempatan partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan logam hal ini menyebabkan semakin banyak logam yang terikat di dalam pori-pori arang aktif. Tetapi apabila adsorbennya sudah jenuh waktu interaksi tidak lagi berpengaruh. Tipe isotherm adorpsi dapat digunakan untuk mengetahui mekanisme adsorpsi arang aktif. Adsorpsi fase pada cair biasanya mengandung tipe freundlich dan langmuir. Ikatan yang terjadi antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben dapat terjadi secara fisisorpsi dan himisorpsi (Nafi'ah, 2016).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu bahan menurut Yahya (2018), yaitu Karakteristik fisik dan kimia adsorben, antara lain luas permukaan, ukuran pori, adsorpsi kimia dan sebagainya; Karakteristik kimia adsorbat, antara lain ukuran molekul, polaritas molekul, komposisi kimia dan sebagainya; Konsentrasi adsorbat dalam larutan; Karakteristik larutan, antara lain pH dan temperatur; Lama waktu adsorpsi. 

    Pada pH larutan mempengaruhi muatan permukaan adsorben sebagai atau serta tingkat ionisasi bahan yang ada dalam larutan. Ion hidrogen dan hidroksi terabsorbsi cukup kuat dan oleh karena itu adsorpsi ion lain dipengaruhi oleh pH larutan. Pada pH mempengaruhi proses adsorpsi melalui disosiasi fungsional kelompok pada situs aktif dan adsorben. Pada adsorben dengan meningkatnya dosis adsorben pewarna adsorpsi hampir tetap konstan. Karena dosis saat adsorban yang tinggi dapat meningkatkan aglomerasi dosis adsorben titik yang mempengaruhi luas permukaan adsorpsi. Proses absorpsi adalah eksotermik dan fakta ini menjelaskan penurunan kapasitas adsorpsi dengan penambahan suhu. Ini juga dapat dijelaskan atas dasar bahwa kelarutan pewarna meningkat pada suhu yang lebih tinggi dan interaksi antar adsorben menurun mengakibatkan penurunan adsorpsi (Ali et al., 2020).

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, F., N.Ali., I.Bibi., A.Said., S. Nawaz ., Z.Ali., S.M. Salman., H.M.N.1qbal and M.Bilal. 2020. "Adsorption Isotherm kinetics and Thermodynamic Of Acid Blue and Basic Blue Dyes onto Activated Charcoal". Case studies in Chemical and Environmental Engineering. Vol. 1(1):1-13.

Gultom E.M, dan Turmuzi M.L, 2014. “Aplikasi Karbon Aktif dari CangkangKelapa Sawit dengan Aktivator H3PO4 Untuk Penyerapan Logam Berat Cd dan Pb”. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 3(1): 1-7.

Nari'ah, R. 2016." kinetika Adsorpsi Pb(II) dengan Adsorben Arang Aktif dari Sabut Siwalan”. Jurnal Farmasi sains dan Praktis. Vol.1(2): 20-35.

Setianingsih, T. 2010. Karakterisasi Pori Dan Luas Muka Padatan. Malang: UB Press.

Yahya, R. 2018. "Pengolahan Limbah Kromium Industri Elektroplating Menggunakan Teknologi Filtrasi, Absorbsi, Adsorpsi, Sedimentasi (Faas)". Mathematics Education Journal. Vol. 1(1): 1- 75.

 

Komentar