Nama: Jobin Armando Hutapea
NIM:
F1C121057
Volume
Molar Parsial
Volume molar parsial merupakan kontribusi
volume setiap komponen terhadap volume total suatu larutan. Volume molar
parsial suatu larutan adalah penambahan volume yang terjadi bila 1 mol komponen
yang ditambahkan pada larutan. Volume molar parsial di dalam komponen berupa
suatu campuran, maka dapat berubah jika komponennya berada di lingkungannya.
Molar atau moralitas dapat didefinisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut
dengan masa pelarut dalam kg sementara volume molar parsial adalah kontribusi
pada volume, dari suatu komponen dalam sampel terhadap volume total. Volume
total larutan sangat bergantung pada komposisi pelarut dan zat terlarut teknik
saat terjadi proses pelarutan maka zat terlarut akan ter solvent dalam larutan
sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul-molekul pelarut
banyaknya molekul pelarut yang mengelilingi zat terlarut tergantung pada jenis
zat pelarut dan terlarut yang menyebabkan zat terlarut membutuhkan volume
tertentu (Rohyami, 2018).
Volume molar parsial adalah suatu
kontribusi pada volume dari suatu komponen dalam suatu sampel terhadap nilai volume
total. Perbandingan volume molar parsial energi ionik logam alkali dan ion
halida dengan nilai yang dilaporkan dalam air minum atau murni menunjukkan
penurunan hidrasi hidrofobik. Menurut persamaan volume molar semu harus
bervariasi secara linear dengan akar kuadrat konsentrasi garam. Interaksi non
pelarut dapat menempatkan posisinya dalam semua fungsi molar yang diperoleh
dengan ekstrapolasi ke pengenceran tak terbatas. Dimungkinkan untuk menetapkan
kontribusinya antara kation dan anion dengan memisahkan fungsi molar pembatas
menjadi kontribusi ionik. Volume molar parsial yang bernilai negatif dari suatu
ion menandakan bahwa dengan penambahan ion maka penurunan volume larutan
terjadi karena interaksi ion pelarut akan lebih besar dari pada peningkatan
volume ion intrinsik. Volume molar parsial yang bernilai negatif dari suatu ion
itu menandakan bahwa terjadinya penurunan volume larutan (Murthy, 2020).
Volume molal parsial merupakan volume
dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang
ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram
pelarut. Sifat molal parsial dari suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat
molal untuk senyawa murni adalah sama jika larutan tersebut ideal. Volume molal parsial secara matematik dapat didefinisikan sebagai berikut:
…...................................................... (2.2)
dimana
V merupakan volume, n adalah jumlah mol, p adalah tekanan, T adalah
temperature, dan merupakan
volum
molal parsial dari komponen ke-i. Kenaikan dalam besaran termodinamik yang diamati yaitu apabila satu mol senyawa i ditambahkan ke suatu sistem yang
besar, maka
komposisinya akan tetap
konstan. Berdasarkan
persamaan (2.2), apabila pada temperature
dan tekanan konstan, maka dapat
ditulis sebagai berikut:
…............................................................ (2.3)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa suatu larutan yang
komposisinya tetap dan suatu
komponen n1, n2, ... ,
ni yang ditambahkan lebih lanjut, maka komposisi relatif dari masing-masing tetap konstan (Dogra, 1990).
Volum
molar parsial komponen suatu campuran berubah-ubah bergantung pada komposisi,
karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari
zat A murni ke zat B murni. Perubahan lingkungan molekular dan perubahan
gaya-gaya yang bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah. Konsentrasi yang berbeda akan
menyebabkan interaksi molekul yang berbeda pula, hal ini dipengaruhi oleh
volume yang bergantung pada komposisi larutan. Konsentrasi yang besar akan
mengakibatkan interaksi antar molekul akan lebih sering terjadi.
Sifat molar parsial yang paling mudah digambarkan adalah volume molar parsial
yaitu kontribusi pada volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total
(Atkins, 1994).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perubahan volume molar parsial
adalah adanya perbedaan antara gaya intermolekular pada larutan dan pada
komponen murni penyusun larutan tersebut, dan adanya perbedaan antara bentuk
dan ukuran molekul suatu larutan dan pada komponen murni penyusun larutan
tersebut. Ada tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume
molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan (juga disebut sebagai panas
differensial larutan), (ii) entalpi molal parsial, dan (iii) energi bebas molal
parsial (potensial kimia). Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan bantuan (i)
metode grafik, (ii) menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan V dan ni,
dan (iii) menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata (Rao dan Fasad, 2003).
Volume molal parsial adalah
tetap pada kondisi komposisi, temperatur, dan tekanan tetap. Volume molal
parsial pada temperatur dan tekanan tetap persamaannya
adalah
dV
= 1
dn1 + 2
dn2 +…………………………………... (2.4)
Hasil
dari pengintegrasian dari persamaan (2.4)
memberikan persamaan sebagai berikut:
V = n1 1 + n2 2 + . .
. . . . . + (tetapan)……………….(2.5)
Oleh
karena n1 = n2 = . . . . . . . = 0, maka volum V adalah nol, sehingga tetapan
= 0, maka persamaan (2.5) menjadi
V = n1 1 + n2
2……………………………………….(2.6)
Persamaan diatas jika dideferensiasi
akan menghasilkan
dV = (n1
d1 + n2 d2) + (1dn1 + 2dn2 + . . . . . )………(2.7)
Persamaan
2.7 apabila digabungkan dengan persamaan
2.4 akan memberikan hasil (pada temperatur dan tekanan tetap) sebagai berikut
n1d1 + n2d2 + . . . . .
= 0………………………. (2.8)
Persamaan
2.8 ini merupakan persamaan Gibbs-Duhem untuk volume. Volume molal semu untuk
zat terlarut untuk sistim larutan biner didefinisikan sebagai
Æ = ( V - n1 10 ) / n2……………………………….(2.9)
dengan 10 adalah
volum molal pelarut murni (Tim Penyusun, 2019).
Volume molal parsial dari komponen suatu biner dapat
dihitung dari penentuan massa jenis larutan untuk sederet konsentrasi. Metoda
perpotongan grafik adalah cara yang paling jelas secara grafik untuk
menggambarkan kuantitas molal parsial. Cara ini dilakukan volum satu mol larutan (yaitu total satu dari
dua komponen) didenahkan terhadap fraksi mol salah satu komponennya (Alberty,
1992).
Dijelaskan pada Castellan, (1983), Titik sifat molal parsial tergantung pada konsentrasi. Oleh karena itu
mengetahui ketergantungan konsentrasi sangat penting untuk memahami
solusi(larutan). Semua sifat termodinamika yang cukup luas, volume adalah yang
paling mudah untuk divisualisasikan. Hal ini juga berlaku untuk volume molal
parsial, yang didefinisikan sebagai:
Volume
molal parsial komponen 1 adalah volume per mol senyawa 1dalam larutan. Demikian
pula, volume molal parsial komponen 2 adalah volume per mol senyawa 2 dalam
larutan. Perubahan total volume untuk perubahan dalam konsentrasi larutan
adalah:
Volume molar semu dan kompresibilitas
molar semu ditentukan sebagai fungsi komposisi pada setiap suhu dari data densitas
eksperimental pada kerapatan dengan kecepatan suara. Nilai batas pada volume
molar parsial dan kompresibilitas molar parsial pada pengenceran tak terbatas
dari asam amino dalam air dan larutan elektrolitnya di air diperoleh pada
setiap suhu tertentu. Didapatkan bahwa glisin dan alanin berperilaku sebagai
zat terlarut hidrofilik sementara asam amino butirat. Pada novalin dan nukleus
ini menunjukkan perilaku hidrofobik yang diamati dengan adanya garam titik pada
suhu tertentu volume molar parsial ditentukan sama dengan konsentrasi yang
berbeda dan nilai-nilai ini ditemukan menurun ketika suatu nilai permihkasitif
medium (Diana dan Romero, 2017).
Perhitungan molal parsial dapat dilakukan
dengan metode grafik maupun metode analitik titik pada metode grafik nilai J
diplot sebagai suatu fungsi komposisi larutan dengan menjaga semua komposisi
pada komponen lain tetapi kecuali satu. Jika plot ini linear, kemiringan garis
tersebut akan menjadi besaran molal parsial dari komponen itu. Sifat molal
parsial dari komponen-komponen tidak bergantung pada konsentrasi titik
sedangkan dengan metode analitik, jika eksistensif dapat dinyatakan sebagai
suatu fungsi aljabar dari komposisi tersebut. Komposisi, suhu, tekanan dan
berat jenis merupakan besaran intensif yaitu besaran yang nilainya tidak
bergantung pada besar kecilnya arus bahan. Sedangkan untuk volume, energi dan
kerja merupakan besaran ekstensif yang nilainya mengikuti besar kecilnya bahan
yang ditinjau titik di mana nilai dari suatu variabel yang dihitung dari
perancangan alat (Rusman, 2018).
Dalam termodinamika dikenal adanya dua
tipe perubahan yaitu perubahan intensif dan perubahan ekstensif fisik perubahan
ekstensif yaitu perubahan yang bergantung pada jumlah fase contohnya adalah
volume (V), entropi (S) dan entalpi (H). sedangkan perubahan intensif adalah
perubahan yang tidak bergantung pada jumlah fase contohnya adalah tekanan (P)
dan suhu (T). Di dalam perhitungan termodinamika pencarian nilai moral atau
molaritas sangat dibutuhkan untuk mencari kuantitas dan lainnya di mana untuk
mencari molaritas dapat kita lakukan dengan membagi nilai mol zat pelarut
dengan massa pelarut di mana molar atau molaritas didefinisikan sebagai jumlah
mol solut per kilogram (kg) solvent (Budihardjo et al., 2017).
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan
dengan berbagai alat salah satunya adalah dengan menggunakan piknometer.
Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca. Prinsip kerja dari
piknometer adalah perbandingan massa contoh tanpa udara pada suhu dan volume
tertentu dengan massa air pada suhu dan volume yang sama. Massa jenis adalah
pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu
benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan volumenya. Analisis densitas menggunakan
piknometer dengan prinsip penentuan fluida titik pada piknometer yang telah
berisi fluida ditimbang dan selisih dari penimbangan tersebut dibandingkan
dengan volume piknometer. Nilai densitas dari larutan katalis asam maupun basa
memiliki nilai yang seragam yaitu ±0,8 gr/mL. Densitas konstan tidak mengalami
perubahan. Densitas suatu zat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang dialami
zat tersebut (Asidu et al., 2017).
Penelitian ini menyelidiki tentang efek
ion spesifik dari volume molar parsial standar dan volume elektrostifit
elektrolit di dalam air dan 11 pelarut non air. Penelitian ini memilih ukuran
ini karena berkaitan dengan sifat curah pada pengenceran tak terbatas titik
oleh karena itulah hal ini merupakan sistem elektrolit yang paling sederhana.
Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahan ion-ion tersebut menunjukkan
bahwa rangkaian efek ion spesifik yang tidak bergantung pada pelarut dan tidak
terkaitnya dengan sifat permukaan (Mazzini dan Craig, 2017).
Volume molar larutan elektrolit yang
nampak dan parsial telah terbukti sebagai alat yang sangat berguna di dalam
interaksi zat terlarut dan zat pelarut pada larutan. Densitas ukuran kepekatan
atau kemampuan suatu zat merupakan perbandingan antara massa dan volume zat itu
sendiri. Ada beberapa cara untuk mengestimasikan densitas cairan silika titik
salah satu metode tersebut adalah dengan menggunakan metode hubungan linear
antara volume molar cairan silika dengan penambahan volume molar komponen
oksida. Nilai yang diestimasikan dari kemampuan molar oksida dalam magma yang
diukur titik berdasarkan kepadatan dan viskositas senyawa yang telah dianalisis
untuk mengevaluasi dan mengetahui volume molar parsial, volume berlebih dan
viskositas berlebih juga. Sehingga didapatkan suatu nilai volume molar parsial
yang menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa meningkat (Asghaf et al., 2019).
Volume total sangat bergantung pada
komposisi pelarut dan zat terlarut titik didih proses kelarutan maka akan
tersolvasi dalam pelarut sehingga molekul zat terlarut akan dikelilingi oleh molekul-molekul
pelarut. Banyaknya molekul pelarut yang mengelilingi zat terlarut bergantung
pada jenis zat terlarut dan pelarut yang menyebabkan zat terlarut membutuhkan
volume tertentu volume molar parsial adalah grafik volume total, ketika jumlah
x berubah sedangkan tekanan temperatur dan jumlah komponen lain tetap. Definisi
ini menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah besar maka volume total
campuran berubah besar pula (Atkins, 1999).
DAFTAR
PUSTAKA
Alberty, A Robert. 1992. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Asghaf,
N.M.A., B.Y.C. Alam, dan Hendarmawan. 2019. “Identifikasi Zona Infiltrasi
Airtanah di Kawasan Karst Berdsarkan Nilai Tekanan Parsial CO2 Dan Indeks
Kejenuhan CaCO3 (Sic) Di Sekitar Perbukitan Karst Watuputih”. Jurnal Lingkungan
dan Bencana Geologi. Vol. 10(2): 27-39.
Asido,
L.O.A.D., M. Hasbi, dan P. Aksar. 2017. “Pemanfaatan Minyak Oli Bekas Sebagai
Sumber Bahan Bakar Alternatif dengan Pencampuran Minyak Pirolisis”. Jurnal
Mahasiswa Teknik Mesin. Vol. 2(2): 1-6. Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika.
Jakarta: Erlangga.
Atkins,
P. W. 1994. Kimia Fisik Edisi ke-4 Jilid
I. Jakarta: Erlangga.
Budihardjo,
R., P.R. Sarjono, dan M. Asyari. 2017. “Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap
Aktivitas Spesifik Protease Ekstra Selulos dan Pertumbuhan Bakteri Hidrofilik
Isolat Better Tembak Garam Madura.” Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vol.
(20)3: 142-145.
Castellan, Gilbert W. 1983. Physical Chemistry 3rd
edition . Canada : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Diana,
M.R., dan C.M. Romero. 2017. “Effect of Temperature on the Partial Molar
Volumes and the Partial Molar Compressibilities of ∝-Amino Acids in Water And
in Aqueous Solutions of Strong Electrolytes”. Journal of Molecular Liquids.
Vol. 23(3): 487-498.
Dogra.
1990. Kimia Fisik dan Soal-soal.
Jakarta: UI Press.
Mazzini,
V., dan V.S.J. Crag. 2017. “ What in the Fundamental Ion Spesifik Series for
Anions and Cations Ion Specificity in Standard Partial Molar Volume of
Electrolytes and Electrotiction in water and Aqueous.” Journal of Chemical
Science. Vol. 8(10): 7052-7065.
Murthy,
T.S. 2020. “ Partial Molar Volimes and Thermodynamic Properties of Alkali Metal
Halides in 10% Ethanol Water Mixture.” International Journal of Chemistry and
Tecnology. Vol. 4(2): 109-120.
Rao,
RR dan Fasad, KR. 2003. Effects of Volume and Partial Molar Volume Variation.
India : Journal Bearings.
Rohyami,
Y. 2018. Kimia Fisik. Yogyakarta: Deepublish.
Rusman.
2018. Gas dan Termodinamika. Banda Aceh: Syah Kuala University Press.
Tim
Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum
Kesetimbangan Kimia. Jember: Universitas Jember.
Komentar
Posting Komentar