Nama : Jobin Armando Hutapea
Nim : F1C121057
Diagram fasa adalah representasi grafis hubungan antara batasan lingkungan, contohnya temperatur dan tekanan, komposisi, daerah stabilitas fasa dan kondisi kesetimbangannya. Diagram fasa memetakan rentang komposisi, biasanya dalam persentase berat tiap unsur paduan. Fasa juga melibatkan fasa cair padat maupun gas. Contoh khas dengan diagram fasa tiga komponen air, kloroform dan asam asetat. Zat tersebut dalam diagram fasa diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk maupun keluar dari sistem ini (Milama,2014).
Diagram kesetimbangan fase adalah suatu kurva yang mencatat pengaruh suhu, tekanan, komposisi dan jumlah fase yang ada dalam suatu sistem kesetimbangan. Jumlah dan jenis fase yang ada pada beberapa kondisi tergantung dari jenis dan sifat senyawa organik yang ada didalamnya. Bila kondisi tekanan konstan, atau efek tekanan dapat diabaikan, maka kesetimbangan cair-cair sistem biner dapat lebih mudah digambarkan dalam suatu diagram kelarutan, yaitu plot antara T vs x1. Kurva-kurva binodal yang ada menunjukkan adanya komposisi-komposisi dari fase yang timbul bersamaan. Komposisi pada campuran tiga komponen atau sistem terner ditampilkan dalam bentuk diagram segitiga sama sisi dengan satuan tinggi yang equivalent dengan jumlah komposisinya. Komposisi masing-masing fase dalam kesetimbangan dihubungkan dengan suatu garis yang disebut dengan tie lines atau connodals. Sistem terner tipe satu memiliki satu pasang zat yang tidak saling larut (immiscible) dan dua pasang zat yang saling larut (miscible). Untuk kesetimbangan sistem terner dari campuran water + propanoic acid + methyl ethyl ketone merupakan sistem tipe satu (Wardhono,2009).
Sistem
terner merupakan sistem tiga komponen yang membentuk sepasang zat cair yang
bercampur sebagian. Maksudnya larutan 1 dan larutan 2 membentuk dua fasa tetapi
ketiga ditambahkan larutan 3 maka larutan 3 ini akan terdistribusi sebagian
dilarutan 1 dan sebagian lagi dilarutan 2 sehingga terbentuklah 1 fasa. Ketiga
jenis larutan yang digunakan yakni kloroform bersifat nonpolar, air bersifat
polar dan asam asetat bersifat semipolar. Diagram Terner merupakan suatu
diagram fasa berbentuk segitiga sama sisi dalam satu bidang datar yang dapat
menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa (Daniel, 2011).
Fasa
didefinisikan sebagai bagian sistem yang homogen dan berdiri sendiri yang
dipisahkan dari bagian lainnya dari sistem dengan suatu permukaan batas. Jadi,
suatu sistem air dan uapnya adalah sistem dua fase. Campuran kesetimbangan dari
es,air dan uap air adalah sistem tiga fase. Pada diagram terner terdapat yang
namanya tie line. Tie line merupakan penentuan titik-titik pada diagram fasa
yang bertujuan menentukan derajat ionisasi dan fraksi mol. Garis dasi
menunjukkan keadaan dimana kesetimbangan komponen-komponen saat bercampur
(Cammarata et al., 1990).
Kaidah fasa yang
diturunkan oleh Willard Gibbs berdasarkan teori termodinamika merupakan sarana
menarik untuk menguji kesetimbangan fasa ganda (heterogen) dan untuk menentukan
jumlah variabel (derajat) kebebasan yang diperlukan untuk mendeteksi dengan
mendefinisikan keadaan energi suatu sistem. Persamaan dasarnya adalah sebagai
berikut :
P
+ F = C = 2
Mengaitkan jumlah fasa
yang ada pada keadaan seimbang (p) dan derajat kebebasan (k) terhadap jumlah
komponen (c) yang merupakan bilangan terkecil bahan dengan komponen variabel
bebas. Metode yang dianjurkan untuk menentukan komposisi di titik p yang mewakili
paduan terner dilakukan dengan menarik dua garis konstruksi yang memotong tiga
skala komposisi biner terdekat. Diagram fasa untuk sistem tiga komponen umumnya
berbentuk prisma standar dengan dasar segitiga ekilateral (ABC) dari tiga
sistem biner. Pada diagram terner, volume larutan padat kontinu (α) dipisahkan
dari fasa cair oleh zona dua fasa (α +air) berbentuk lensa cembung. Analisis
diagram ini menjelaskan perubahan komposisi yang terjadi pada pembekuan
atau pencairan larutan padat terner. Untuk sistem tiga komponen, F=5-P.
Sehingga variasinya mencapai 4, dengan menjaga temperatur dan tekanan tetap,
masih ada dua derajat kebebasan (fraksi mol dan komponen). Fraksi mol 3
komponen dari suatu terner (C=3). Adanya suatu zat terlarut mempengaruhi
kelarutan zat terlarut lainnya. Dinding biner mudah dilipat ke bawah sehingga
dapat ditarik garis konstruksi irisan isotermal dan vertikal yang sama dapat
pula diterapkan pada reaksi tiga fasa pada sistem terner. Prinsip kerja dari
diagram terner adalah pemisahan suatu campuran yang terjadi dari dua komponen
yang melarut secara sempurna (Smallman dan Bishop, 2000).
Pada dasarnya dalam system terner cair-cair ini menggunakan prisnsip perbedaan densitas akan kelarutan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Adanya penambahan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Adanya penambahan zat atau senyawa ketiga akan mempengaruhi persentase kedua zat atau senyawa pada larutan sebelumnya. Air dan kloroform merupakan senya yang tidak saling melarutkan, hal ini disebabkan adanya perbedaan massa jenis (densitas) antara keduanya. Pada temperature kamar air memiliki densitas sekitar 1 g/ml sedangkan kloroform berkisar 1,43 g/ml. Dan dicampurkan terlihat perbedaan yang menunjukkan terjadi pemisahan antara kedua senyawa tersebut sehingga tidak saling bercampur. Larutan yang berada diatas merupakan air dikarenakan air memilili densitas yang lebih kecil sedangkan larutan yang berada dibawah merupakan kloroform karena densitasnya lebih besar. Asam asetat merupakan senyawa asam lemah yang didapat bereaksi dengan air maupun kloroform. Asam asetat hanya sebagian kecil mengionisasi dalam air namun memiliki daya larut yang cukup besar, sehingga mudah saling melarutkan. Dimana hal ini disebabkan oleh adanya reaksi ikatan hydrogen yang terjadi diantara keduanya sehingga molekul dalam kedua senyawa tersebut dapat berikatan, sedangkan asam asetat dalam kloroform akan mengalami reaksi kesetimbangan. Hal ini dikarenakan kedua senyawa tersebut dapat bereaksi (Young dan Freedman, 2002).
Sistem
tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan
paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah
fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar
zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A
dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan
memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Tie line merupakan
penentuan titik-titik pada diagram fasa yang bertujuan menentukan derajat
ionisasi dan fraksi mol. Tie Line menunjukkan keadaan dimana kesetimbangan
komponen-komponen saat bercampur (Rohman, 2013).
Pada
sistem yang terdiri dari tiga komponen tetapi satu fase dan sistem tidak
terkondensasi maka F=3-1+2=4. Empat derajat kebebasan tersebut adalah suhu,
tekanan, dan konsentrasi dari 2 komponen. Jika kita menganggap sistem terkondensasi
dan suhu dibuat tetap (konstan), maka F=2, sehingga dapat dibuat diagram bidang
untuk menggambarkan kesetimbangan fase. Oleh karena itu, berkaitan dengan
segitiga komponen maka lebih baik menggunakan kertas grafik segitiga. Diagram
segitiga sistem tiga komponen disebut juga dengan sistem terner. Dalam sistem
terner, setiap sudut segitiga menunjukkan bobot segitiga 100% dalam satu
komponen (A, B, atau C). Sisi segitiga menunjukkan campuran dua komponen dari
tiga kemungkinan kombinasi A, B, dan C. Daerah di dalam segitiga menunjukkan
seluruh kemungkinan kombinasi A, B, dan C untuk memberikan sistem tiga
komponen. Jika satu garis ditarik dari titik sudut ke sisi hadapannya, maka
seluruh sistem terner akan mempunyai rasio tetap dari dua komponen (Sopyan et
al., 2018).
Salah satu cara untuk
menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ialah dengan cara menambah
zat B ke dalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan
menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi
keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi
dua larutan konjugat terner. Suatu sistem tiga komponen mempunyai perubahan
komposisi yang bebas, sebut saja X2 dan X3, jadi komposisi suatu sistem
tiga komponen dapat dialurkan dalam koordinat carles dengan X2 pada salah
satu sumbunya dan X3 pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis
X2 + X3 = 1, karena X itu tidak simetris terdapat 3 komponen,
biasanya di alurkan pada suatu segi tiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya menggambarkan
suatu komponen murni (Dogra, 2009).
Contoh
sistem tiga komponen kesetimbangan cair-cair adalah sistem kloroform, air dan
asam asetat. Pasangan kloroform-asam asetat dan air- asam asetat saling
melarutkan dalam segala perbandingan Sedangkan pasangan kloroform-air tidak.
Titik a dan b menyatakan lapisan cairan konjugasi tanpa adanya asam asetat
(Triyono, 2017).
Kelarutan dari zat yang terlibat dalam pencampuran ini dapat dinaikkan atau diturunkan, dengan cara melihat perbandingannya di diagram terner. Pencampuran zat akan homogen (saling melarutkan) jika komposisinya sesuai perbandingan, dan apabila komposisi salah satunya melebihi maka akan terjadi pencampuran heterogen. Pada titik pati, PVA dan air menyatakan komponen murni dari campuran. Titik pada sisi pati-air, pati-PVA dan air-PVA menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik di dalam segitiga menyatakan fraksi tiga komponen. Fraksi tiga komponen dari system terner sesuai dengan x1+x2+x3=1. Titik pada sisi pati-air merupakan campuran biner pati dan air, titik pada sisi pati-PVA merupakan campuran biner pati dan PVA, sedangkan titi pada sisi air-PVA merupakan campuran biner air dan PVA. Jumlah fasa pada sistem zat cair 3 komponen bergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut. Larutan yang mengandung 2 komponen yang saling larut sempurna akan membentuk daerah berfase tunggal (Wahyuni et al., 2020).
Dogra. 2009. Kimia Fisik Dan Soal – Soal.
Bandung: Erlangga.
Cammarata,A., Martin,A dan Swarbrick,J. 1999. Farmasi
Fisik. Jakarta : UI-Press.
Milama. 2014. Panduan praktikum kimia fisik II. Jakarta
: FITK-Press.
Rohman, I dan Mulyani, S. 2013. Kimia Fisika I.
Bandung: UPI-Press.
Smallman, R.E dan R.J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta : Erlangga.
Sopyan, I., N. Wathoni., T.
Rusdiana, dan D. Gozali. 2018. Karakterisasi Sediaan Padat Farmasi. Yogyakarta:
Deepublish.
Triyono. 2017. Kesetimbangan Kimia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wahyuni,
L.S., I. Zahrina dan Bahruddin. 2020. "Prediksi Kesetimbangan Cair-Cair
Sistem Pati-PVA-Air dengan metode UNIFAC". Jurnal Bioproses, Ilmu
Teknik Kimia dan Lingkungan. Vol.1(2) : 1-12.
Wardhono,
E.Y. 2009. Liquid-Liquid Equilibrium Ternary System For Water + Propanoic
Acid Methyl. Jurusan Teknik Kimia : Fakultas Teknik Untirta-Banten.
Young, H.D. dan R.A. Freedman. 2002. Fisika
Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Komentar
Posting Komentar