Nim : F1C121057
Kelarutan
adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih
dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan
suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Chang, 2005).
Fasa
merupakan keadaan materi yang bersifat homogenik baik secara fisik maupun
kimiawi. Secara umum fasa diperlihatkan dalam tiga wujud zat yaitu gas, padat
dan cair. Ketiga wujud zat tersebut dalam suatu komponen digambarkan dalam
diagram fasa yang memperlihatkan daerah- daerah tekanan dan temperatur dimana
berbagai fasa bersifat stabil secara termodinamis. Batas- batas antara daerah
dalam diagram fase memperlihatkan nilai tekanan dan temperature dua fasa ketika
berada dalam kondisi kesetimbangan (Atkins, 2010).
Diagram
fasa adalah diagram yang menjelaskan hubungan antara temperatur, komposisi
kimia dan fasa dalam suatu paduan. Pada proses pendinginan yang sangat lambat
perubahan fasa akan berlangsung seperti pada diagram fasa, akan tetapi kondisi
seperti itu hampir tidak pernah tercapai karena pada kondisi normal pendinginan
berlangsung lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan
fasa seperti yang tercantum dalam diagram fasa. Akibatnya, difusi atom tidak
dapat berlangsung sempurna sehingga terbentuk fasa yang berbeda pada temperatur
kamar. Diagram biner adalah diagram yang menggambarkan dua jenis fasa dan
menunjukkan sifat solubilitas timbal balik pada suhu tertentu dan tekanan yang
sama. Diagram biner adalah diagram yang menunjukkan sistem 2 fasa dari dua zat
dalam campuran yang ditunjukkan oleh hubungan temperatur terhadap kosentrasi
relatif zat. Dimana pencampuran ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu
zat cair ke dalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu.
Pada diagram biner akan terlihat adanya perubahan dari sistem dua fasa menjadi
sistem satu fasa (Tata dan kenji, 1984).
Sistem
biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Beberapa
sistem mempunyai temperatur kritis atas dan temperatur kritis bawah, oleh sebab
itu sesudah kompleks yang lemah terurai sehingga kedua komponen dapat bercampur
sebagian pada temperatur lebih tinggi dengan gerakan termal membuat campuran
homogen kembali. Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis (Meinisasti
et al., 2015).
Menurut
Dogra (2008), sistem biner fenol–air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan
tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan.Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Campuran
terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada system biner
fenol –air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu
Suatu fase didefenisikan sebagai bagian system yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian
system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua
campuran yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan
campuran gas-gas adalah suatu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum
untuk jumlah fase adalah P.
Disebut
sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol
dan air. Fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila dalam campuran itu
ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Temperatur
mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbangan. Menaikkan temperatur akan
menambah kemampuan bercampurnya.
Menurut
Karyadi (2003), jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan
di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah.
Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %)
dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).
Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut
menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis
adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan
yang berada dalam kesetimbangan.
Menurut
Sukardjo (2003), temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana
akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan Suatu larutan
akan bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis.
Kelarutan dari larutan ini disebut kelarutan timbal balik. Larutan akan
bercampur sempurna (homogen) jika mencapai temperatur kritis. Larutan akan
kembali bercampur sebagian jika telah melewati temperatur kritisnya. Salah satu
contoh dari kelarutan timbal balik adalah pada kelarutan fenol dalam air yang
membentuk kurva parabola.
Daftar Pustaka
Atkins, P. 2010. Physical
Chemistry 9th Editon. New York: WH Freeman And Company.
Chang, Raymond. 2005. Kimia
Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S. K. Dan S. Dogra. Kimia Fisik Dan Soal-Soal. Jakarta : UI Press.
Karyadi, B. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Meinisasti, R., A. Halim,
Dan E. Zaini. 2015. “Karakterisasi Fisiokimia Sistem Biner Siprofioksasin Hcl-PEG
4000”. Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis. Vol. 2(11): 30–35
Sukardjo. 2003. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Tata, s. dan C. Kenji. 1984.
Teknik Pengecoran Logam. Jakarta : Pradnya Pramita.
Wahyuni, S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Komentar
Posting Komentar